Kamis, 30 November 2017
Angket Pansus KPK konon ditujukan untuk mengawasi dan mengaudit kinerja KPK agar tidak melanggar dan melawan hukum saat melakukan penegakan hukum. Sebelum KPK diawasi kinerjanya, idealnya awasi dulu kinerja penegak hukum yang lebih tua umurnya dibandingkan KPK, yaitu Kepolisian. Kalau niatnya untuk mencegah penegakkan hukum dengan cara melawan hukum, kepolisian lebih layak untuk diawasi dan diaudit sistem kerjanya. Karena banyak sekali kejanggalan yang diperlihatkan kepada publik namun tidak ada satupun kelembagaan negara yang merasa kepolisian harus diawasi cara kerjanya agar tidak melakukan pelanggaran hukum saat (katanya) menegakkan hukum.

Contoh kasus :
Saat menangkap penjahat kriminal, banyak sekali yang ditembak kakinya dan katanya karena berusaha melarikan diri dan atau melawan. Coba interogasi tuh yang ditembak kakinya, benar apa tidak karena melawan dan berusaha melarikan diri? Coba fungsikan Labfor kita untuk memeriksa apakah benar lubang peluru yang dihasilkan tersebut dari pistol yang membidik pergerakan kaki saat berlari? Hitung jarak tembak dan sudutnya, benar apa tidak dari jarak sekian meter dengan asumsi saat berlari itu pasti menghasilkan jarak. Dan tanya mengapa tidak dikejar sampai berhasil ditangkap? Males mamad lu mad ngejar doank, sampe kudu nembak gitu. Sehari harinya latihan nembak yak biar pas nemu penjahat lagi lari bisa ditembak kakinya? Yakin lu jago banget bisa nembak kaki orang lagi lari?
Kalo Labfor tidak sanggup menghitung dan memberikan hasil pemeriksaannya berarti harus sekolah lagi anggota Labfornya agar berguna. Agar Labfor tidak cuma bisa autopsi saja, saintifiklah setidaknya kalau memeriksa TKP dan Kejadiannya.

Beri dan sebarkan informasi kepada masyarakat untuk melakukan pelaporan dan menuntut Polri saat ada anggota keluarganya yang diduga melakukan kejahatan dan ditangkap ternyata kemudian didapati kakinya sudah tertembak. Lebih lebih saat ditangkapnya baik-baik dirumah, kan lucu tau-tau dibilang melawan dan berusaha melarikan diri. Kan udah diborgol? Kan udah dikawal? Nape coba bisa lari dan melawan? Polisinya lagi beli gorengan apa maen gaple?

Saat nangkap penjahat Narkoba, jangan dirampok juga lah, kan lu polisi, bukan bajak laut. Nangkepnya aja dirumah, Motor lah diambil terus anggota keluarga si narkoba disuruh nebus tuh motor. Lu kira pegadaian? Jangan juga getok getok kepala pake gagang pestol sambil nanyain nomor PIN ATM tersangka. Alesan lu pasti karena diduga itu isi ATM dari penjualan narkoba kan? Bukti dari mane sampe tau gitu?
Anggota DPR/MPR bikin Pansus angket KPK aja karena alesan KORUPTOR kalo ditangkep ama polisi tidak dimiskinkan, tidak diambil hartanya, tidak diblokir rekeningnya. Harusnya curiga tuh, kenapa sampe tidak diambil hartanya oleh polisi? Pelaku narkoba aja dipaksa ngasih tau PIN ATM, diambil hartanya baik berupa kendaraan dan HP kenapa KORUPTOR kaga? Kudu diperiksa nih kinerja Polisi. Anggota keluarga pelaku juga jangan diem aje dengan alesan salah dari pelakunya juga. Kita kan setuju untuk tidak melanggar hukum saat melakukan penegakkan hukum. Tuntut dahh tuh Polri.

Selidiki juga tuh kalo ada anggota polisi yang bilang kudu bayar segini segitu sekian untuk beli pasal agar tidak berlapis pasalnya didalam BAP. Lu polisi apa tukang ager ager? Enak donk yang punya duit melakukan kejahatan dan saat ditangkap tinggal beli aja tuh pasal semuanya, beli sekalian ama tukang ager agernya. Kumpulin tuh pasal yang udah dibeli terus jual lagi dahh, jangan lupa harganya di mark up.

Ada yang bilang, biarin saja lah penjahat ini yang ditembak ama polisi, dipukulin kek, di siksa kek, diambil hartanya kek, biarin aja. Lha terus KORUPTOR bukan PENJAHAT? Pantesan aja KORUPTOR dadah dadah sambil senyam senyum  kalo ditangkep, wong kaga dianggep penjahat.

Saya yakin bila masyarakat diberi pengertian dan informasi soal HAK tersangka dan terduga kriminal juga diberi tempat pengaduan soal diduganya kesewenangan polisi dalam bertindak, maka akan ada banyak kasus yang tidak akan bisa diselesaikan. Andaipun diselesaikan palingan juga hukuman administratif. Hukuman kurung 21 hari? Ringan banget untuk ukuran penegak hukum yang melanggar hukum, tidak buta hukum namun saat melanggar hanya diberi hukuman sangat sangat sangat sangat ringan. Minimal hukumannya penjara pidana seumur hidup dilembaga pemasyarakatan atau hukuman mati biar tidak ada penegak hukum yang melanggar hukum. Efek jera.

Anggota DPR/MPR yang setuju dengan Pansus angket KPK harusnya setuju audit dan mengawasi kinerja kepolisian, dan kalau tidak setuju jangan bilang KPK tebang pilih. Karena bila tidak setuju Polri diaudit dan diawasi kinerjanya, berarti Pansus Angket KPK murni POLITIK. Dan tutup mulut busuk kalian anggota DPR/MPR dan pengikutnya yang tetap ngotot melakukan Pansus angket untuk KPK.

Salam Merah Putih...

0 komentar: